KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmatnya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema “Etika, Moral dan Akhlak”. Dan makalah ini kami beri judul “Penerapan Etika, Moral dan Akhlak dalam Kehidupan”.
Makalah ini berisi tentang tata cara penerapan etika dan moral pada umumnya, dan akhlak pada khususnya. Dengan bahasa yang singkat, padat, dan mudah dimengerti didasarkan pada dalil-dalil yang relevan. Makalah ini kami lengkapi dengan pendahuluan sebagai pembuka yang menjelaskan latar belakang dan tujuan pembuatan makalah. Pembahasan yang
menjelaskan pengertian dan penerapan etika, moral dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari.
Penutup yang berisi tentang kesimpulan yang
menjelaskan secara singkat isi dari makalah kami. Makalah ini juga kami
lengkapi dengan daftar pustaka yang
menjelaskan sumber dan referensi bahan dalam penyusunan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan kami terima dengan senang hati. Akhir
kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.
BAB I
PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang
santun karena dalam islam sangat menjungjung tinggi pentingnya etika, moral dan akhlak.
Akhlak adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup
segala pengertian tingkah laku, ta’biat, perangkai karakter manusia yang baik
maupun yang buruk dalam hubungannya dengan khaliq atau dengan sesama makhluk. Rasullullah
bersabda, “Sesungguhnya
hamba yang paling dicintai Allah ialah yang paling baik akhlaknya”.
Pada makalah ini kami akan
memaparkan pengertian secara umum tentang etika, moral dan akhlak. Namun sebelum
kami memaparkan
persoalan ini, kami akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai latar belakang
dan tujuan pembuatan makalah ini.
A. Latar Belakang Pembuatan Makalah
B. Tujuan Pembuatan Makalah
Di dalam makalah ini
diharapkan baik penyusun maupun pembaca dapat lebih memahami dan menerapkan
perihal etika, moral dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga baik penyusun
maupun pembaca dapat menjadi contoh yang baik bagi lingkungannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika
Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, Etika
yang berasal dari bahasa Yunani “Ethos”,
yaitu segala perbuatan yang timbul dari orang yang melakukan sesuatu dengan
ikhtiar dan sengaja, dan pada waktu melakukannya ia mengetahui apa yang ia
perbuat.
Sedangkan Menurut Abudin nata, etika adalah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk dan
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang seharusnya diperbuat.
Dari definisi
etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika berhubungan dengan dua hal sebagai berikut :
1.
Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada
akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat
mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah, memiliki kekurangan,
kelebihan dan sebagainya.
2.
Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang
dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hinadansebagainya. Dengan demikian etika lebih berperan sebagai
konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan oleh manusia.
B. Moral
Secara etimologi moral berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos berarti adat kebiasaan.
Abuddin Nata mengatakan bahwa moral merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,
kehendak, pendapat, atau
perbuatan
yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah baik atau buruk.
Dapat dipahami bahwa moral merupakan
standar atau batasan terhadap aktivitas yang dilakukan seorang manusia dengan nilai
baik, buruk atau benar, salah, sehingga dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemui
jika seseorang dikatakan bermoral, maka yang dimaksud adalah bahwa orang itu tingkah
lakunya baik, dan sesuai dengan tuntutan agama. Sebaliknya, jika seseorang dikatakan tidak bermoral maka yang dimaksud adalah orang tersebut bertingkah laku yang tidak baik (buruk) dan bertengan dengan ajaran agama.
B.1 Hubungan Antara Etika dan Moral
Ada
beberapa persamaan antara etika, moral dan susila sebagai berikut:
1.
Etika dan moral mengacu kepada ajaran atau gambaran
tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangkai yang baik.
2.
Etika dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk menakar martabat dan harakat kemanusiaannya. Sebaliknya semakin
rendah kualitas etika, moral dan susila seseorang atau sekelompok orang, maka
semakin rendah pula kualitas kemanusiaannya.
3.
Etika dan moral seseorang atau sekelompok orang tidak
semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, stastis, dan
konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang. Untuk
pengembangan potensi positif tersebut diperlukan pendidikan, pembiasaan, dan
keteladanan, serta dukungan lingkungan, mulai dari lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat secara terus menerus, berkesinambungan, dengan tingkat
konsistensi yang tinggi.
4.
Persamaan keduanya terletak pada fungsi dan peran, yaitu menentukan
hukum atau nilai dari suatu perbuatan manusia untuk ditetapkan baik atau buruk.
•Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal:
* Objek : yaitu perbuatan manusia
* Ukuran : yaitu baik dan buruk
* Tujuan: membentuk kepribadian manusia
•Secara rinci persamaan tersebut terdapat dalam tiga hal:
* Objek : yaitu perbuatan manusia
* Ukuran : yaitu baik dan buruk
* Tujuan: membentuk kepribadian manusia
Selain ada persamaan antara etika dan moral
sebagaimana diuraikan di atas terdapat pula beberapa segi perbedaan yang
menjadi ciri khas masing-masing dari keempat istilah tersebut. Berikut ini
adalah uraian mengenai segi-segi perbedaan yang dimaksud:
·
Sumber atau acuan:
- Etika sumber acuannya adalah akal
- Moral sumbernya norma atau adat istiadat
- Etika sumber acuannya adalah akal
- Moral sumbernya norma atau adat istiadat
- Sifat Pemikiran:
- Etika bersifat teoritis
- Moral bersifat praktis
·
Pandangan mengenai tingkah laku:
-
Etika memandang tingka laku manusia secara umum
-
Moral dan susila memandang tingkah laku
manusia secara lokal atau khusus
C. Akhlak
Menurut Abuddin Nata, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan itu telah mendarah daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
Menurut Rahmat Djatnika,
bahwa pengertian akhlak dapat dibedakan menjadi dua macam, di antaranya menuru tetimologi
kata akhlak berasal dari bahasa Arab (ا خلا ق) bentuk jamak dari mufrodnya
khuluq (خلق), yang berarti budi pekerti. Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa Latin
juga, mores yang juga
berarti
kebiasaan. Sedangkan menurut terminolog, kata budi pekerti terdiri dari kata “budi”
dan “pekerti”. Budi adalah yang ada
pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio yang
disebut karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut dengan behaviour. Jadi, budi pekerti merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang
bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.
C.1 Perkembangan Ilmu Akhlak
1. Sejarah Akhlak pada Fase Yunani
Perkembangan ilmu akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi
setelah munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang yang
bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelum itu di kalangan bangsa Yunani tidak
dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, karena pada masa itu perhatian mereka
tercurah pada penyelidikannya mengenai alam.
Dasar yang digunakanpara pemikir Yunani dalam membangun Ilmu
akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia. Ini menunjukkan bahwa ilmu
akhlak yang mereka bangun lebih bersifat filosofis, yaitu filsafat yang
bertumpu pada kajian secara mendalam terhadap potensi kejiwaan yang terdapat
dalam diri manusia atau bersifat antropo-sentris, dan mengesankan bahwa masalah
akhlak adalah sesuatu yang fitri, yang akan ada dengan adanya manusia sendiri,
dan hasil yang didapatnya adalah ilmu akhlak yang berdasar pada logika murni.
Pandangan dan pemikiran filsafat yang dikemukakan para
filosof Yunani itu secara redaksional berbeda-beda, tetapi substansi dan
tujuannya sama, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi
nasionalis yang baik, merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah
airnya.
2. Sejarah Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad Pertengahan)
Kehidupan masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu itu gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh karena itu tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian. Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan doktrin uang dikeluarkan oleh gereja, atau memiliki perasaan dan menguatkan pendapat gereja. Diluar ketentuan seperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan.
Namun demikian sebagai dari kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato, Aristoteles dan Stoics untuk memperkuat ajaran gereja, dan mencocokkannya dengan akal. Filsafat yang menentang Agama
Nashrani dibuang jauh-jauh.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di
Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nashrani. Diantara merka yang termasyhur ialah Abelard, seorang ahli filsafat Perancis (1079-1142) dan Thomas
Aquinas, seorang ahli filsafat Agama berkebangsaan Italia (1226-1274).
Corak ajaran akhlak yang sifatnya perpaduan antara pemikiran
filsafat Yunani dan ajaran agama itu, nantinya akan dapat pula dijumpai dalam ajaran
akhlak yang terdapat dalam Islam sebagaimana terlihat pada pemikiran akhlak
yang dikemukakan kaum Muktazilah.
3. Akhlak Periode Abad Modern
Pada abad pertengahan ke-15 mulailah ahli-ahli pengetahuan menghidup
suburkan filsafat Yunani kuno. Itali juga kemudian berkembang di seluruh Eropa.
Kehidupan mereka yang semula terikat pada dogma kristiani, khayal dan mitos
mulai digeser dengan memberikan peran yang lebih besar kepada kemampuan akal
pikiran.
Di antara masalah yang mereka kritik dan
dilakukan pembaharuan adalah masalah akhlak. Akhlak yang mereka bangun
didasarkan pada penyelidikan menurut kenyataan empiris dan tidak mengikuti
gambaran-gambaran khayalan, dan hendak melahirkan kekuatan yang ada pada
manusia, dihubungkan dengan praktek hidup di dunia ini. Pandangan baru ini
menghasilkan perubahan dalam menilai keutamaan-keutamaan kedermawanan umpamanya
tidak mempunyai lagi nilai yang tinggi sebagaimana pada abad-abad pertengahan,
dan keadilan social menjadi di perolehnya pada masa yang lampau. Selanjutnya
pandangan akhlak mereka diarahkan pada perbaikan yang bertujuan agar mereka
menjadi anggota masyarakat yang mandiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk
dikatan baik atau buruk. Perbuatan baik atau buruk dapat di kelompokkan kepada
pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan kata lain etika
adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia.
Sedangkan moral
meski sering digunakan juga untuk menyebut akhlak atau etika tetapi tekanannya pada
sikap seseorang terhadap nilai baik-buruk, sehingga moral sering dihubungkan dengan
kesusilaan atau perilaku susila. Jika etika masih ada dalam tataran konsep maka moral sudah ada pada tataran terapan.
Akhlak
merupakan dari bahasa arab, yaitu khuluk
(budi pekerti). Dan dari istilah, ialah sebagai ilmu, yaitu yang mempelajari
perbuatan baik yang harus selalu dilaksanakan dan perbuatan buruk yang harus
ditinggalkan, baik terhadap Allah maupun sesama makhluk.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin. Etika Ilmu Akhlak.
Rahmat Djatnika. Sistem Etika Islam.
Abudin Nata. Akhlak Tasawuf.
Moh. Ardani. Akhlak Tasawuf.
Walpole, R. E. (1992). Pengantar Statistika.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar